Sedang menapaki sisa usia,senang (belajar) menulis dan membaca, mencari kawan canda didunia maya. MOTTO : SERIBU TEMAN KURANG , SATU LAWAN KEBANYAKAN .

Kamis, 27 Oktober 2011

Kaki Saya Digigit Tengkorak Ketika Melintas Kuburan

1319716245822207117
Kaki saya pernah digigit tengkorak ditengah kuburan pada malam hari. Mengapa saya berada dikuburan pada malam hari, dan bagaimana tengkorak sampai bisa menggigit kaki saya?.Peristiwa itu terjadi 40 tahun yang lalu. Beginilah ceritanya.

Kami tinggal di desa Sako Dua, keluarga kami sebagian besar tinggal di desa Bedeng Dua.Ada sebuah pemakaman umum yang dipakai bersama dua desa. Dan sekaligus sebagai batas desa.Jadi desa Sako Dua dan Bedeng Dua dipisahkan oleh pemakaman umum tersebut.Jika ada masyarakat Sako Dua maupun Bedeng Dua yang meninggal dunia dimakamkan dipemakaman yang sama.

Dari Sako Dua ke Bedeng Dua agak jauh jika menempuh jalan yang biasanya dipakai. Untuk mempererat dan mempercepat hubungan antara Bedeng Dua dan Sako Dua, kedua desa masyarakatnya sepakat membuat jalan pintas, dengan konsekwensinya mengorbankan tanah pemakaman lebar 2 meter dan panjangnya 50 meter. Dan melintas ditengah pemakaman tersebut.

Tulang-tulang dari pemakaman yang tanahnya tergusur dipindahkan ketempat lain agak kepinggir. Pada umumnya yang dipindahkan jenazah yang sudah lama terkubur.Ada satu dua yang masih utuh termasuk kain kafannya tidak membusuk. “Orang itu punya ilmu hitam” ujar beberapa orang yang ikut membongkar makam tersebut.

Kita lanjutkan tentang tengkorak yang menggigit kaki saya.

Disuatu malam sekitar pukul 8 malam kami sedang menonton tv bersama isteri dan anak-anak.Tiba-tiba dikejutkan oleh suara orang berteriak-teriak “kebakaran…kebakaran….”. Kamipun langsung bergegas keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Benar sekali orang berlarian sambil berteria k-teriak..kebakaran…kebakaran sambil melihat arah Desa Bedeng Dua. Kami juga melihat api dan asap membumbung tinggi di Desa Bedeng Dua. Sedangkan rumah keluarga kami banyak yang berada di Desa Bedeng Dua tersebut.

Jangan-jangan rumah keluarga kami yang terbakar, sebab arahnya sepertinya disitu. Tanpa pikir panjang sarung saya kebatkan dipinggang tanpa alas kaki sayapun langsung berlari menuju Bedeng Dua.Sayapun lupa tidak membawa senter atau obor sebagai alat penerangan. Ada beberapa orang yang berlarian bersama saya, namun orang-orang tersebut bukan mau ke Bedeng Dua hanya melihat dari kejauhan, mungkin tidak ada saudaranya yang tinggal di Bedeng Dua.

Sambil menoleh kiri kanan agak ragu kok tidak ada orang lagi yang hendak ke Bedeng Dua. Kuperlambat jalanku dengan berharap ada seseorang yang akan menuju kesana. Ternyata nihil tidak seorangpun yang nampak. Tidak mungkin saya urung ke Bedeng Dua, mana tahu yang terbakar itu benar-benar rumah keluargaku.Sayapun nekat.

Dengan sangat terpaksa saya harus melintas jalan ditengah kuburan.Saya mulai bimbang setelah dekat area pekuburan, kalau berlari tidak mungkin karena gelap malah tersandung nisan celaka. Jika jalan pelan-pelan berarti lebih lama berada dikuburan. Pilihan jatuh ke nomor dua jalan pelan-pelan sambil membaca ayat ayat untuk membangkitkan keberanianku. Mulailah aku memasuki area pekuburan, walau merinding berdiri bulu romaku, “Ah laki-laki kok takut” pikirku. Baru berjalan kira-kira lima belas meteran…..tiba….tiba….kakiku menginjak sesuatu….dan….ctiiiit….kakiku digigit……………….”Hantuuuuuuu………”aku berteriak sekuat-kuatnya sambil lari yang sekencang-kencangnya juga. Kabuuuuuuuuuuuuuuuuurrrr.

Setelah jauh dari kuburan kuperlambat lariku, sambil menoleh kebelakang, alhamdulillah makhluk itu tidak mengikutiku.Aku langsung menuju lokasi kebakaran tersebut.Tiba disana api sudah mulai padam, satu rumah habis dimakan api.Dan yang terbakar itu bukan rumah keluarga kami. Sambil mendengar obrolan orang tentang kronologinya terjadinya kebakaran tersebut, mata saya sibuk mencari orang yang berasal dari Sako Dua untuk teman pulang nantinya. Hampir putus asa karena dari sekian banyak orang itu tidak ada satupun orang dari desa kami Sako Dua. Wah celaka jika tidak ada teman pulang. Tidur di Bedeng Dua nggak masalah karena banyak saudara disini. Masalahnya saya nggak pamit sama isteri, menambah kecemasan dia nanti.

Ditengah kebingungan dan kekhawatiran, tiba-tiba ada teman yang menegur saya “ Bagaimana aman rumah keluarga”, ternyata orang dari Sako Dua namanya Rakimin. “Aman kok jauh dari rumah kakek saya, pulang yuk,” jawab saya sambil langsung saya ajak pulang bersama. Rakiminpun setuju untuk pulang, dia membawa senter dan senternya saya minta untuk saya bawa,senter diserahkan pada saya. Tujuannya nanti tiba di kuburan untuk menyenteri makhluk yang menggigit kakiku tadi.

Setelah tiba di area pekuburan jantungku semakin cepat berdetak…dig..dug..dig..dug..dig..dug.

Dan….tepat dimana kakiku digigit tadi ada sesuatu yang menganga siap untuk menggigit yang kedua kalinya.Saat ini keberanianku timbul, aku tidak takut lagi (ya iyalah ada temannya). Makhluk itu kusenteri, setelah sosoknya begitu jelas makhluk itu langsung ku tendang……krosaaaaaaaaak. Apa itu, tanya Rakimin. Ah cuman sabut kelapa bekas pembakaran dupa, jawabku. Aku tidak bilang bahwa tadi aku digigit sesuatu disini.

Ternyata itulah yang menggigit kaki saya. Sabut kelapa bekas pembakaran kemenyan yang ujung-ujungnya runcing sehingga seperti huruf C terlentang. Ketika ujung yang depan terpijak maka ujung yang belakang langsung mematok kaki saya.Sommpreeeetttt.

Tradisi membakar kemenyan dipemakaman masih sering dilakukan ditempat kami. Dan sabut kelapa sebagai wadah bara untuk membakar kemenyan tersebut.

Ternyata hantu itu ada…………………….dipikiran kita.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Kaki Saya Digigit Tengkorak Ketika Melintas Kuburan"

Posting Komentar